PENGUNGSI^^
ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Kajian Puisi Indonesia
dari Drs. H. Ma’mur Saadie, M.Pd.
Kelompok 6
Rebecca A. Sianturi (0906813)
Hestu Nodya K. (0902550)
Nurul Haq A. (0903929)
Riama Sihombing (0900806)
Wina Sugiarti (0902362)
* Pengertian Sosiolagi Sastra
* Klasifikasi sosiologi sastra
* Acuan dalam sosiologi sastra
* Masyarakat dan Sastra
* Kajian puisi
* kesimpulan
Pengertian Sosiologi Sastra
Sosiologi sebagai studi yang ilmiah dan objektif mengenai manusia dalam masyarakat, studi mengenai lembaga-lembaga dan proses-proses sosial. (Damono, 1978). Istilah "sosiologi sastra" dalam ilmu sastra dimaksudkan untuk menyebut para kritikus dan ahli sejarah sastra yang terutama memperhatikan hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi dalam profesinya, dan model pembaca yang ditujunya. Mereka memandang bahwa karya sastra (baik aspek isi maupun bentuknya) secara mudak terkondisi oleh lingkungan dan kekuatan sosial suatu periode tertentu (Abrams, 1981:178). Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca (Ratna, 2002). Sosiologi sastra merupakan pendekatan yang bertolak dari orientasi kepada semesta, namun bisa juga bertolak dari orientasi kepada pengarang dan pembaca (Ratna, 2002).
Klasifikasi Sosiologi Sastra
Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren (1956: 84, 1990: 111) membagi sosiologi sastra sebagai berikut.
1. Sosiologi pengarang, profesi pengarang, dan istitusi sastra (Wellek dan Warren,1990:112)
2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuannya.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya sastra, pengarang dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni tidak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya.
Klasifikasi Wellek dan Warren sejalan dengan klasifikasi Ian Watt (dalam Damono, 1989: 3-4) yang meliputi hal-hal berikut:
1. Konteks sosial pengarang, dalam hal ini ada kaitannya dengan posisi sosial sastrawan dalam masyarakat, dan kaitannya dengan masyarakat pembaca termasuk juga faktor-faktor sosial yang dapat mempengaruhi karya sastranya.
2. Sastra sebagai cermin masyarakat
3. Fungsi sosial sastra, maksudnya seberapa jauh nilai sastra berkaitan dengan nilai-nilai sosial.
ACUAN DALAM SOSIOLOGI SASTRA
Abrams menulis bahwa dari sosiologi sastra ada tiga perhatian yang dapat dilakukan oleh kritikus atau peneliti yaitu:
1. Penulis dengan lingkungan budaya tempat ia tinggal.
2. Karya, dengan kondisi sosial yang direfleksikan di dalamnya.
3. Audien atau pembaca (1981: 178).
MASYARAKAT DENGAN SASTRA
— Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya dengan masyarakat, sebagai berikut.
— 1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan ketiga subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
— 2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, menyerap espek-aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
— 3. Medium karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat-istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika, bahkan juga logika.
— 5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menentukan citra dirinya dalam suatu karya (Ratna, 2006: 322-333).
KAJIAN PUISI
PENGUNGSI
Jalan, jalan. .! Berapa puluh hari sudah
kau jalan Nak Sri? Hujan panas silih berganti!
Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang
dari desa ke desa, di sawah dan bukit tinggi.
“Bu. . . Bu! Kaki Sri sakit, bengkak. Ah, sakit!”
Air mata memercik mata yang bening bersih,
Ibu senyum getir, bapa kuat mendukung...
“Diam Sri, diam! Kita pergi menuju Bung Karno. .
Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam
sudah menghentak-hentak di sana. orang-orang lemah
dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;
kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!
Orang-orang yang tak tahan diludah-ludah hina
menyingkir membawa pakaian lekat di badan
tinggal rumah, halaman dan segala yang dicintai.
Kaki hancur bengkak, ditongkat terbata-bata,
perih sengsara ikut melekat sepanjang jalan:
“Diam Sri,diam! Kita pergi menuju Bung Karno....!”
Sepanjang siang malam terlunta-lunta
Di terik bakaran panas, kuyup direndam hujan,
iringan kafilah ini mengalir terus,sebagai
jemaah menuju Tanah Suci, melepas jeritan
jiwa yang diperkosa, dan isak-isak sedu sedan,
mendongak rindu hawa yang merdeka dan adil!
— Dengan pendekatan sosiologis
a. Aspek sosial
Aspek sosial yang dimaksudkan adalah aspek sosial yang menyangkut hubungan manusia dengan manusia. Baik secara langsung maupun tidak langsung (Keluarga, masyarakat). Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi gerak solidaritas manusia yakni menyangkut stafikasi sosial yaitu beberapa bentuk pelampiasan dalam masyarakat atau kelas sosial.
Pengungsi
Jalan, jalan ……! Berapa puluh hari sudah
Kau jalan nak sri? Hujan panas silih berganti!
Jalan yang panjang buruk berbatu ini masih panjang
Dari desa ke desa, di sawah dan di bukit tinggi
— Karena diceritakan:
Masyarakat yang tertindas diceritakan menderita sehingga
harus menempuh perjalanan jauh untuk mencari tempat
tinggal hanya dengan jalan kaki
b. Aspek ekonomi
Aspek ekonomi yang dimaksud adalah segala hal yang berhubungan dengan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan. Aspek yang terdapat dalam puisi ini dapat dilihat pada bait ketiga larik keempat sebagai berikut:
Orang-orang yang tak tahan diludah-ludah hina
menyingkir membawa pakaian lekat di badan
tinggal rumah, halaman dan segala yang dicintai.
— Karena diceritakan:
Mereka saat itu menjadi sangat miskin tak memiliki harta,
direndahkan oleh orang kaya
c. Aspek politik
Aspek politik yang terdapat di dalam puisi “Pengungsi” dapat dilihat pada bait ketiga sebagai berikut :
Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam
sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah
dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;
kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!
— Karena diceritakan:
Kota tempat tinggal mereka telah hancur. Semua itu adalah
titah dari orang yang berkuasa (berkedudukan lebih tinggi
dalam kelas masyarakat)
d. Aspek Moral
Aspek moral yang dimaksud adalah segala aspek yang menyangkut baik buruknya perbuatan. Dalam hal ini mengenai sikap, kewajiban, akhlak, budi pekerti dan susila. Aspek moral yang terdapat dalam puisi “pengungsi” dapat dilihat pada bait ketiga yaitu :
Kota telah hancur, tapak kaki ganas kejam
sudah menghentak-hentak di sana. Orang-orang lemah
dan lembu-lembu sewaan jadi raja alat penindas;
kemerdekaan dan keadilan remuk diinjak-injak!
— Karena diceritakan:
Akhlak buruk yaitu keserakahan dan orang yang berkuasa tidak
peduli kepada masyarakat kecil hingga kehidupan mereka semakin
menderita
KESIMPULAN
— Sosiologi adalah sebuah bidang ilmu yang menjadikan masyarakat sebagai objek materi dan kenyataan sosial sebagai objek moral. Dalam perspektif sosiologi, kenyataan sosial dalam suatu komunitas masyarakat dipahami dalam tiga paradigma utama, yaitu fakta sosial, defenisi sosial, dan paradigma perilaku.
— Sosiologi sastra dapat meneliti melalui tiga perspektif pertama perspektif teks sastra, artinya peneliti menganalisisnya sebagai sebuah refleksi kehidupan masyarakat dan sebaliknya. Kedua, perspektif biologis yaitu peneliti menganalisis dari sisi pengarang ketiga, perspektif yaitu peneliti menganalisis penerimaan masyarakat terhadap teks sastra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar