^_^

Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Sastra Indonesia, jurusan Pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia-A'2009-Universitas Pendidikan Indonesia.

Jumat, 26 Agustus 2011

analisis cerpen


Sinopsis cerpen “15 Hari Bulan”
Menunaikan rukun Islam kelima adalah mutiara keinginan Uwak Bandi sebelum ruhnya diraut maut, mengingat usianya yang sudah condong ke barat. Walaupun tak punya uang, pantang baginya memiskinkan cita-cita. Ia rela dituding miskin sebelum maupun sepulang dari Mekkah. Memang, Uwak Bandi kerap mengumpamakan impiannya mencium tebing Kabah semacam orang awam hendak menggapai bulan, dia selalu berdoa supaya impiannya terkabul.
Dorongan Haji Sazali, sahabat Uwak Bandi yang hendak menunaikan ibadah haji untuk kali ketiga dengan mengajak Uwak Bandi untuk pergi bersama sangat meyakinkan bagi uwak Bandi untuk pergi naik haji. Uwak Bandi mendaftarkan diri sekaligus menyetor uang muka ke bank, dan memanjar ongkos haji sejumlah satu juta. Ia meyakinkan dirinya agar tidak ada penyesalan atas apa yang di putuskannya. Karena Uwak Bandi yang harus menanggung biaya operasi Caesar putri sulungnya, Ruslan adik lelaki Maemunah yang butuh uang demi menebus keteledorannya saat bekerja.
Uwak Bandi yang tak pernah tega menagih hutang-hutang anaknya apalagi melihat kondisi anak-anaknya, dia tak pernah mengeluh atas kehidupannya yang susah. Bekerja keras sudah dilakukannya sejak umur belasan tahun sampai ia menikah dan menghidupi anak-anaknya, walaupun sudah pensiun dia tetap memburu ikan di laut.
Namun untuk memuluskan rencana naik haji, Uwak Bandi tergiur untuk menyewa tanah A-Siong untuk tambak, setelah ditimbang masak-masak Uwak Bandi sewa tanah seluas 45 rante, sekitar satu hektar, sekitar satu juta. Atas pekerjaannya sekarang Uwak Bandi lebih banyak tinggal di tambak untuk menjaga tambaknya, khususnya malam hari.
Sungguh sangat sial, tengah malam saat Uwak Bandi duduk barsandar di beranda pondok, ia terperanjat oleh suara debum air. Air pasang memenuhi tambak, membobol benteng, dinding tambak hancur, angin menyalak, pintu air jebol diongkel pasang. Uwak Bandi dengan sebisanya menghadang pasang, tapi air tak kunjung timpas-surut tak diturut, terkaman pasang malah makin buas, menciptakan lubang yang lebih besar. Tubuhnya tak mampu menjadi akar bakau penentang arus, Uwak Bandi kehabisan tenaga, kehilangan doa.
Impian Uwak Bandi hancur, semua kerja kerasnya untuk naik haji sudah tidak ada lagi.













KAJIAN PSIKOANALISIS

Pengertian Psikologi Sastra
Psikologi sastra merupakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan segi-segi kejiwaan dan menyangkut batiniah manusia. Psikologi sastra sebagai cabang ilmu sastra yang mendekati sastra dari sudut psikologi. Perhatiannya dapat diarahkan kepada pengarang, dan pembaca atau kepada teks itu sendiri (Dick Hartoko dan B. Rahmanto, 1989: 126) .

Analisis Tokoh Cerpen
Cerpen ini dianalisis dengan kajian Psikoanalisis sastra. Karena Psikoanalisis sastra merupakan ilmu yang dapat digunakan untuk menganalisis karya sastra dengan melihat kelainan jiwa dalam masyarakat tersebut.
Pada cerpen “15 Hari Bulan” dapat dikaji secara psikoanalisis. Yang mempelajari perilaku tokoh-tokoh dalam hubungannya dengan lingkungannya. Dalam cerpen ini ada tokoh :
·         Uwak Bandi
Analisis tokoh atas Uwak Bandi adalah sosok lelaki tua yang bekerja sebagai pelaut sangat berpengaruh terhadap lingkungannya. Hal ini dapat dilihat dari Uwak Bandi mempunyai sikap yang taat beragama, impian terbesarnya ialah dapat mencium bulan (bulan dalam doa tersebut bermakna Kabah baginya). Setiap apapun yang sedang dikerjakannya atau apapun yang akan atau yang telah dikerjakannya diserahkan seluruhnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan doa-doa yang selalu dipanjatkannya. Dalam keadaan susah dan terpurukpun Uwak bandi tetap percaya pada Tuhan, ia selalu berpedoman pada doa-doanya atas impiannya untuk dapat naik haji.  Contoh kutipan : Uwak Bandi senantiasa berdoa :” Ya Allah, perkenankan aku mencium bulan” .

Uwak bandi juga seseorang yang pekerja keras terbukti dari sejak usia belasan tahun Uwak Bandi sudah pergi melaut, bahkan saat sudah tua pun Uwak Bandi tetap melaut demi membantu kehidupan keuangan keluarganya, sisa uang pesangonnya sengaja dibelikan sampan bekas karena tidak betah ongkang-ongkang Cuma makan tidur di rumah. Dan untuk memuluskan impiannya untuk menunaikan rukun islamnya kelima, Uwak Bandi rela menyewa tanah untuk ditambaknya sekitar satu hektar, seluas 45 rante demi meraup keuntungan setara ongkos naik haji. Bahkan bisa lebih. Ia rela lebih banyak menghabiskan waktunya di pondok untuk menjalankan pekerjaannya. Selain itu ia juga membantu Dariah istrinya dalam menjaga kedai lontong untuk keperluan sehari-hari. Contoh kutipan: Ia sendiri sejak usia belasan tahun sudah pergi melaut. Teramat tekun ia menjadi nelayan. Riwayat garam tersimpan ditubuhnya. Setelah menikahi Dariah, ia menyambi kerja sebagai buruh bongkar muat pelabuhan. Lantas, ketika Maemunah berusia dua tahun, Uwak Bandi merasa beruntung bisa bekerja di Socfindo meski hanya mandor gudang.

Uwak Bandi juga sosok orangtua yang bertanggung jawab atas keluarganya, sangat terlihat dari sifat Uwak Bandi yang tidak menelantarkan keluarganya dalam keadaan susah. Sisa pesangon selepas bekerja 30 tahun sekitar enam juta selain untuk membeli sampan bekas, dan memanjar ongkos haji juga dimanfaatkannya untuk membantu kelurganya tanpa pamrih. Uwak Bandi mau membantu anaknya Maemunah dan Ruslan, karena anaknya yang juga susah hidupnya. Uwak Bandi harus membantu membiayai proses persalinan Maemunah dalam melahirkan putri ketiganya, juga membantu Ruslan dalam menebus keteledorannya saat bekerja, padahal uang tebusan itu dibalas dengan surat pemecatan. Keinginannya untuk naik haji sama sekali tidak menghalanginya untuk membantu keluarganya, padahal kalau dipikir-pikir sisa uang pesangonnya sudah dapat memuluskan rencananya untuk pergi naik haji. Contoh kutipan : meski perjuangannya menghidupi keluarga tak ringan, ia tetap berjuang untuk meminjamkan sebagian besar pesangon kepada kedua anaknya.

Uwak Bandi adalah seorang sahabat yang cukup mempercayai sahabatnya, terlihat dari kepercayaan dan keyakinan Uwak Bandi terhadap Haji Sazali yang mengajaknya untuk pergi naik haji, padahal sejujurnya Uwak Bandi belum cukup materi untuk impiannya itu, akan tetapi dengan keyakinan yang dipercayai Uwak bandi atas penjelasan-penjelasan yang diberikan Haji Sazali, ia nekat untuk mendaftarkan diri pada rombongan keberangkatan naik haji dan memanjar ongkos haji sejumlah satu juta. Contoh kutipan : Ya, soal keinginan kuat, Uwak Bandi tak terhalang lagi. Dorongan Haji Sazali, sahabatnya, pensiunan pegawai Bea dan Cukai pun makin memanjangkan galah tekad Uwak Bandi.

Uwak Bandi orang yang serius, semangat dan waspada dalam bekerja. Saat memutuskan untuk menyewa tanah A-Song, Uwak bandi dengan semangat menekuni pekerjaannya itu. Sejak menambak tanah Uwak Bandi rela lebih banyak menghabiskan waktunya di pondok demi menjaga bibitnya. Ia selalu waspada saat bekerja, suara kecilpun selalu diperhatikannya. Tak pernah ia sekalipun menyepelekan setiap hambatan yang ada, walaupun dia cukup berpengalaman atas pekerjaannya itu. Contoh kutipan : Ia memang harus tetap awas. Selain maling tiger, masa 15 hari bulan-purnama masak- memaksa Uwak Bandi harus jeli megeja air.

·         Haji Sazali
Adalah sahabat Uwak Bandi yang merupakan sosok yang sangat pintar mempengaruhi orang lain, khususnya saat mempengaruhi Uwak Bandi untuk mau ikut bersamanya dalam menunaikan ibadah haji, segala kata-kata bijak yang bisa membujuk Uwak Bandi dikeluarkannya. Dan Haji Sazali berhasil untuk membujuk sahabatnya Uwak Bandi untuk naik haji, walaupun sejujurnya tak cukup dana untuk pergi naik haji, Uwak Bandi memberanikan diri untuk tetap ikut dan mendaftarkan dirinya untuk ikut rombongan dan memanjar ongkosnya. Contoh kutipan : “mana tahu rezekimu melimpah setelah mendaftar, Bandi,” nasihat Haji Sazali. “Pokoknya daftar dulu. Kasih tanda jadi. Tinggal dicicil. Insya Allah ada jalan untuk niat muliamu itu.” Kata Haji Sazali.

·         Maemunah
Putri sulung dari Uwak Bandi adalah tokoh yang selalu membutuhkan bantuan dari ayahnya Uwak Bandi. Maemunah adalah anak yang tau diri, sebenarnya ia tetap menganggap bantuan ayahnya sebagai hutang yang mesti di lunasi. Akan tetapi apa daya, suami Maemunah hanya pekerja kasar di pabrik pengalengan ikan. Contoh kutipan : sejatinya, Maemunah dan Ruslan tetap menganggap bantuan ayah mereka sebagai hutang yang mesti di lunasi.



·         Ruslan
Adalah anak dari Uwak Bandi yang sosoknya adalah anak yang teledor dalam bekerja. Ruslan adalah seorang satpam di perusahaan pengolahan besi baja, saat mendapat giliran jaga ketika gudang perusahaan ditikung maling, oleh karena itu Uwak Bandi harus membantu membayar uang tebusan keteledoran Ruslan saat bekerja. Sialnya, uang tebusan dibalas dengan surat pemecatan.
Ruslan juga anak yang tau diri, ia juga tetap menganggap bantuan ayahnya sebagai hutangnya, Ruslan tokoh yang walaupun teledor, ia tidak mau menelantarkan keluarganya. Meskipun harus membiayai anak-istrinya dari mocok-mocok bekerja serabutan. Bahkan, meski tak sepenuhnya disetujui Dariah ibunya, ia ikhlas (tepatnya mencoba ikhlas). Contoh kutipan : Namun, Uwak Bandi tak pernah sampai hati menagihnya. Apalagi kepada Ruslan, yang akhirnya harus membiayai anak-istrinya dari mocok-mocok bekerja serabutan.








KESIMPULAN

Psikoanalisis yaitu menjelaskan bagaimana kelainan jiwa bahkan alam bawah sadarnya. Psikoanalisis dapat juga digunakan untuk menilai karya sastra karna Psikoanalisis dapat menjelaskan proses kreatif. Psikoanalisis dalam karya sastra berguna pula untuk menganalisis secara Psikoanalisis tokoh-tokoh dalam cerpen.
Dari artikel cerpen “ 15 Hari Bulan” dapat dikaji dari segi psikoanalisis, pada pengkajian yang berbentuk artikel ini lebih mengarah pada keadaan tokoh pada cerpen ini, terhadap lingkungannya, antaralain bagaimana tokoh utama Uwak Bandi terhadap lingkungannya yaitu terhadap sahabatnya Haji Sazali, anak-anaknya yaitu Maemunah dan Ruslan. Juga kajian tentang tokoh yang menanggapi bagaimana keadaan atau persoalan yang dialami, dan kaitannya dengan tokoh lain dalam cerpen tersebut.
Cerpen ini menceritakan bagaimana keinginan yang sungguh-sungguh dari Uwak Bandi untuk bisa menunaikan rukun  islam yang kalima yaitu naik haji. Segala cara telah cukup maksimal dilakukan oleh Uwak Bandi, tapi sayang semuanya tak berjalan lancar. Uwak Bandi sesosok orang tua yang pekerja keras dan bertanggung jawab terhadap keluarganya. Semua telah diserahkan Uwak Bandi di dalam doanya kepada Tuhan Yang Maha Esa.





1 komentar: